Recent Post

Home » » Kopi Gayo Antara Permintaan dan Ketersediaan

Kopi Gayo Antara Permintaan dan Ketersediaan

Written By Pembelajar on Kamis, 11 April 2013 | 23.16

Kopi Gayo
Seiring dengan lesunya harga kakao, harga kopi arabika berjangka pada akhir perdagangan di bursa ICE Futures dini hari tadi juga tampak mengalami penurunan (17/07). Harga kopi arabika terpenggal di tengah kekhawatiran mengenai penurunan permintaan di Eropa. Harga kopi arabika telah mengalami penurunan tajam hingga nyaris berada di level rekor terendahnya. Lesunya permintaan dari Eropa diprediksi akan terjadi karena situasi krisis di kawasan tersebut hingga saat ini belum dapat diatasi.

Harga kopi arabika berjangka untuk kontrak pengiriman bulan September membukukan penurunan yang cukup signifikan pada akhir perdagangan dini hari tadi. Harga kopi arabika kontrak paling aktif tersebut menguat sebesar 2.15 sen (1.16%) dan ditutup pada posisi 1.8395 dolar per pon. Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting memperkirakan bahwa pergerakan harga kopi arabika masih akan cenderung dipengaruhi oleh kondisi-kondisi fundamental. Kondisi ekonomi global, ketersediaan pasokan dan permintaan masih akan mempengaruhi harga. Diperkirakan untuk saat ini harga kopi arabika masih akan bergerak di kisaran 1.8 – 2 dolar per pon.

Kopi gayo sebagai andalan utama komoditas pertanian di Aceh Tengah dan Bener Meriah, merupakan salah satu wilayah pemasok kopi berkualitas ke pasar regional dan global, namun demikian serba serbi seputar  ketersedian dan permintaan terhadap komoditas ini,  ada baiknya kita cermati hasil wawancara dengan Syafri Kurniadi seorang Pengusaha Muda yang fokus berkecimpung dalam bidang  perniagaan Kopi Gayo.
Gayo Farum Cerdas (GFC): Boleh diceritakan sejauh pengamatan dan pengalaman Anda, bagaimana keadaan sekarang antara permintaan dengan ketersediaan Komoditas Kopi Gayo dipasaran regional, kemudian kendala kendala apa yang anda hadapi, dan adakah hal-hal yang seharusnya dilakukan.

Syafri Kurniadi (SYK): Dataran Tinggi Gayo merupakan penghasil kopi Arabika terluas di Indonesia. Lahan yang ditanam di kopi dikawasan ini mencakup  46.493 ha, dengan jumlah petani kopi lebih dari 20.000  KK, dan setiap tahun jumlahnya terus meningkat.

Kabupaten Aceh Tengah merupakan daerah pegunungan dengan kondisi tanah yang subur, dan iklim tropika basah, sehingga menghasilkan kopi yang  memiliki cita rasa tersendiri, sehingga terkenal ke mancanegara. Ada dua jenis tanaman kopi  yang tumbuh di Kabupaten Aceh Tengah yaitu kopi Arabika yang tumbuh hanya pada ketinggian diatas 800 m dpl,  dan kopi Robusta yang tumbuh baik pada dataran rendah.  Ke dua kopi ini memiliki cita rasa yang berbeda dan biasanya orang yang sudah terbiasa dengan kopi robusta tidak akan menyukai kopi Arabika. 

Sebagai contoh di Propinsi Aceh terkenal kopi Ulhee Kareng, dimana kopi yang dijual adalah jenis robusta.  Karena itu pada umumnya masyakarat di Banda Aceh atau daerah pesisir  lebih mengenal cita rasa kopi robusta. Sedangkan kopi Arabika lebih banyak di ekspor ke Amerika, Europa, Jepang dan berbagai negara lainnya. Walaupun penikmat kopi tentunya akan menyukai cita rasa kopi ini. Salah satunya adalah gerai khas kopi Starbucks yang terkenal.   Para penikmat kopi akan sangat mengenal kualitas kopi strabucks, selain kualitas yang baik juga dengan harga yang hanya bisa dijangkau oleh kalangan menengah ke atas. 

Keterbatasan yang ada adalah kurangnya ahli pemasaran di bidang kopi, sehingga sampai saat ini,walaupun Indonesia pernah menjadi produsen kopi nomor 3 dan sekarang turun ke nomor 4, kegiatan ekspor kopi dan informasi tentang kopi masih banyak didominasi oleh negara produsen besar, dan pedagang-pedagang dengan pemodal besar.

Sangat diperlukan keterlibatan Pemerintah, LSM, Pemerhati untuk meningkatkan tataniaga kopi dari dataan tinggi gayo. Terutama dalam hal:
  1. Jaminan harga yang kompetitif untuk produk kopi yang berkualitas, dan mengembangkan budaya produksi yang bermutu sesuai dengan standar yang diberlakukan di pasar global
  2. Membantu pemasaran petani dengan melibatkan semua unsur, pemerintah, pedagang dan pengusaha
  3. Membantu petani untuk mengolah kebun secara professional dengan memperhatikan lingkungan dan pekerja. Penerapan dengan standar dan “
  4. Membantu petani dan pedagang untuk meningkatkan system manajemen, biaya produksi dan distribusi yang rendah dengan kualitas dan manfaat yang tinggi
  5. Membantu untuk mendapatkan akses ke pasar yang lebih luas, negosiasi dengan hubungan jangka panjang dengan para konsumen, dengan harga yang lebih baik
  6. Meningkatkan infrastruktur jalan dan sarana trasportasi untuk kemudahan dan kecepatan distribusi.
Syafri Kurniadi mengatakan “Permintaan terhadap Kopi Gayo pada masa mendatang tentu akan terus meningkat seiring membaiknya keadaan ekonomi secara global, tentu adalah tugas semua pihak yang terlibat dalam produsen kopi untuk memastikan jaminan ketersediaan dan kualitas yang dapat bersaing dipasar global. Ini bukan pekerjaan yang mudah, namun demikian dengan kebersamaan tidak aka nada hal yang tidak mungkin.
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Irwantra Edutech | Irwantra EDP
Copyright © 2011. Nandang Hidayat Media Center - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger