Belajar adalah proses penjelajahan individu mengunakan seluruh indranya untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap atau nilai-nilai yang dibutuhkan. Prosesnya bisa diibaratkan seperti aliran air di sungai. Mengalir secara spontan karena didorong oleh “rasa ingin tahu”. Kadang terjadi turbulensi sebagai bentuk adanya dinamika dalam belajar. Berjalan penuh resiko namun menyenangkan. Kegembiraan, kekecewaan, kesalahan, keraguan, ketakjuban, kekaguman, dan kepenasaranan senantiasa menyertai proses belajar, yang mengantarkan pada berkembangnya potensi dan kretivitas individu.
Belajar dipicu adanya rasa ingin tahun yang ditandai munculnya sejumlah pertanyaan yang memenuhi benak pebelajar yang ingin diketahui jawabannya. Berpikir rasional berdasarkan fakta dan teori membantu si pebelajar untuk merumuskan jawaban sementara (hipotesis) atas pertanyaannya. Proses melakukan percobaan dan mengamati merupakan upaya untuk mengumpulan sejumlah data dan informasi empiris untuk diolah dan dianalisis. Melalui proses menalar, pebelajar mencoba memverifikasi data dan menjustifikasi untuk melihat saling keterkaitan antarvariabel untuk menemukan jawaban empiris dan menguji hipotesisnya sehingga dapat memuaskan rasa ingin tahunya. Melalui aktivitas tersebut, pebelajar menemukan pengetahuannya sendiri melalui proses penyeledidikan (discovery-inquiry). Selanjutnya, pengetahuan yang ditemukan tersebut dikomunikasikan baik secara lisan maupun tulisan. Melalui rangkaian aktivitas tersebut, pengetahuan yang pebelajar pemebelajaran menjadi lebih bermakna. Pebelajar bukan hanya sekedar mengingat (remembering), mengerti (understanding), dan mengaplikasikan (applying) pengetahuan yang diperolehnya yang dikategorikan sebagai berpikir tingkat rendah (lower order thinking), melainkan mereka juga akan terlatih untuk mampu menganalisis (analysing), mengevaluasi (evaluating), dan bahkan mampu menciptakan (creating) gagasan, produk, atau cara baru, yang disebut berpikir tingkat tinggi (higher order thinking). Selain itu, aktivitas pembelajaran seperti itu akan mendorong berkembangnya kompetensi pebelajar secara utuh yang meliputi pengetahuan (knowledge), keterampilan proses (skills), dan sikap ilmiah (attitude).
Uraian singkat di atas mengarahkan kepada pandangan bahwa seorang guru dikatakan efektif apabila melalui kegiatan pembelajaran yang dirancang dan dilaksakanannya mampu membelajarkan peserta didiknya sehingga mencapai kompetensi secara utuh meliputi matra pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan keterampilan (skills) sekaligus berkembangnya kemampuan berpikir sampai pada taraf berp[ikir tingkat tinggi. Hal ini akan dapat terwujud apabila guru memahami dan mampu mengimplementasikan pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajarannya. Untuk itu, melalui tulisan singkat ini saya mengajak rekan-rekan guru untuk mengembangkan beragam model pembelajaran berbasis pendekatan saintifik melalui kegiatan penelitian tindakan kelas.
Selamat berkarya semoga sukses dan mendapat ridho Allah SWT. Amin YRA.
0 komentar:
Posting Komentar