Sains dan Kehidupan
Oleh: Nandang Hidayat
Apabila
kita mengamati kenyataan yang nampak di sekitar kita, tidak dapat dpungkiri betapa
kuatnya pengaruh sains terhadap tata kehidupan manusia. Teknologi sebagai
bentuk penerapan produk sains, telah banyak memberikan perubahan baik perubahan
yang terasa bermanfaat bagi kemaslahatan kehidupan manusia maupun perubahan
yang dapat membahayakan kehidupan manusia itu sendiri.
Beberapa
dekade yang lalu, satu dari sekian banyak keluarga tetangga kita memiliki satu
atau dua pesawat radio atau TV hitam putih. Saat ini, hampir semua keluarga
memiliki paling sedikit satu pesawat radio dan TV berwarna. Sekitar sepuluh
tahun yang lalu, orang yang memiliki handphone bisa dihitung dengan jari. Saat
ini, keadaannya hampir terbalik, justru pemilik handphone mungkin lebih banyak,
dan handphone yang dimikikinya dilengkapi dengan fasilitas aplikasi canggih yang
memungkinkan mereka dapat berinteraksi dan melakukan berbagai aktivitas
transaksi tanpa harus beranjak dari tempat.
Radio,
TV, dan handphone hanyalah tiga contoh untuk mengilustrasikan aplikasi sains ke
dan rekayasa dalam bentuk teknologi yang meberi manfaat dalam kehidupan manusia.
Kemampuan manusia menciptakan berbagai peralatan dan menemukan mesin telah
mengubah perilakunya. Tiga puluh atau empat puluh tahun yang lalu, kita hanya
bisa mendengarkan radio sambil menyelesaikan pekerjaan atau melakukan aktivitas
lainnya di rumah. Saat ini, kita bisa menyaksikan berbagai peristiwa di
mancanegara, seperti pertandingan sepak bola di belahan dunia lain, tanpa harus
pergi dan berdesak-desakan di stadion sepak bola. Kita bias menyaksikan pertandingan sepak bola sambil
malakukan berbagai aktivitas di depan pesawat TV.
Apabila kehidupan manusia dipengaruhi oleh
perkembangan pengetahuan tentang sains, maka pengetahuan tentang sains dari
suatu bangsa akan dipengaruhi pula oleh sejauhmana pengetahuan masyarakat dari
bangsa tersebut tentang sains yang pada gilirannya akan mempengaruhi kualitas
kehidupan bangsa tersebut. Artinya, kualitas kehidupan suatu bangsa sangat
terkait dengan kualitas sumberdaya manusia (SDM) dari bangsa tersebut.
Kenyataan yang kita hadapi dewasa ini dimana kita baru saja memasuki era global
menunjukkan bahwa persaingan yang terjadi bukan lagi dalam hal penguasaan
teknologi apalagi ketersediaan sumber daya alam, melainkan persaingan dalam
kualitas SDM. Teknologi bisa
dibeli tetapi jika SDM-nya tidak menguasai teknologi tersebut maka teknologi tersebut tidak ada artinya.
Contoh lain adalah berkat kemajuan
teknologi bidang pesawat ruang angkasa luar, memungkinkan manusia bisa
menginjakkan kakinya di bulan. Berkat kemajuan pengetahuan manusia dalam
bidang kimia nuklir yang kemudian diwujudkan dalam bentuk teknologi nuklir
seperti Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), maka kebutuhan manusia akan
kekurangan energi listrik dapat teratasi.
Sederetan perubahan yang terjadi dalam
kehidupan manusia sebagaimana diilustrasikan di atas, merupakan contoh kemajuan
teknologi sebagai akibat perkembangan sains. Namun tidak semua teknologi
memberi kemaslahat bagi umat manusia. Wujud teknologi nuklir seperti bom atom,
justru dapat membahayakan kehidupan umat manusia. Contoh-contoh tersebut
menggambarkan bahwa demikian besarnya pengaruh perkembangan pengetahuan manusia
tentang sains pada kehidupan manusia. Terkait dengan itu, barangkali
kita sependapat apabila dikatakan bahwa seluruh kehidupan manusia dipengaruhi
oleh perkembangan sains.
Sebenarnya
dengan hanya menampilkan contoh seperti di atas mungkin belumlah cukup untuk menunjukkan
terjadinya perubahan kehidupan manusia sebagai akibat perkembangan sains. Namun
demikian, dengan mengamati dan mencermati apa yang terjadi dalam kehidupan
sekitar kita, seperti kemajuan teknologi computer, tentu kita akan semakin
meyakini akan hal tersebut.
Apabila kehidupan manusia dipengaruhi oleh perkembangan pengetahuan tentang sains, maka pengetahuan tentang sains dari suatu bangsa akan dipengaruhi pula oleh sejauhmana pengetahuan masyarakat dari bangsa tersebut tentang sains yang pada gilirannya akan mempengaruhi kualitas kehidupan bangsa tersebut. Artinya, kualitas kehidupan suatu bangsa sangat terkait dengan kualitas sumberdaya manusia (SDM) dari bangsa tersebut. Kenyataan yang kita hadapi dewasa ini dimana kita baru saja memasuki era global menunjukkan bahwa persaingan yang terjadi bukan lagi dalam hal penguasaan teknologi apalagi ketersediaan sumber daya alam, melainkan persaingan dalam kualitas SDM. Teknologi bisa dibeli tetapi jika SDM-nya tidak menguasai teknologi tersebut maka teknologi tersebut tidak ada artinya.
Apabila kehidupan manusia dipengaruhi oleh perkembangan pengetahuan tentang sains, maka pengetahuan tentang sains dari suatu bangsa akan dipengaruhi pula oleh sejauhmana pengetahuan masyarakat dari bangsa tersebut tentang sains yang pada gilirannya akan mempengaruhi kualitas kehidupan bangsa tersebut. Artinya, kualitas kehidupan suatu bangsa sangat terkait dengan kualitas sumberdaya manusia (SDM) dari bangsa tersebut. Kenyataan yang kita hadapi dewasa ini dimana kita baru saja memasuki era global menunjukkan bahwa persaingan yang terjadi bukan lagi dalam hal penguasaan teknologi apalagi ketersediaan sumber daya alam, melainkan persaingan dalam kualitas SDM. Teknologi bisa dibeli tetapi jika SDM-nya tidak menguasai teknologi tersebut maka teknologi tersebut tidak ada artinya.
Beranjak dari kenyataan tersebut, maka dalam upaya
menyosong kehidupan bangsa Indonesia yang lebih baik di era global yang penuh persaingan
ini, tidak ada pilihan lain kecuali kita harus berupaya meningkatkan kualitas
SDM, yaitu SDM yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan, penuh prakarsa dan
memiliki daya saing sehingga mampu berkompetisi untuk meraih peluang dan
tantangan dalam masyarakat global. Untuk mewujudkan keinginan tersebut,
pendidikan memegang peranan yang sangat penting. Pendidikan harus mampu
melahirkan manusia-manusia yang memiliki kompetensi minimal yang
dipersayaratkan untuk dapat hidup layak di era persaingan bebas.
Bagaimana pendidikan itu selayaknya diselenggarakan?
Berkaca pada pengalaman penyelenggaraan pendidikan yang berbasis pada isi (content)
sebagaimana sudah kita lakukan yang ternyata kurang berhasil, maka seyogyanya
kita harus segera melakukan perubahan. Perubahan yang dilakukan bukan hanya
sebatas pada konsep tetapi perubahan yang menyeluruh sehingga benar-benar
menyentuh sampai pada teknis penyelenggaraan proses pembelajaran di sekolah.
Perubahan itu juga harus didasarkan pada studi yang mendalam bukan sekedar
mengadopsi, agar perubahan yang dilakukan sesuai dengan kondisi objektif di
lapangan serta karakteristik sekolah dan masyarakat Indonesia.
Tuntutan kemampuan manusia yang dipersyaratkan untuk bisa
berpartisipasi dalam kancah persaingan di era globalisasi sebagaimana
dikemukakan di atas adalah manusia yang memiliki daya saing, penuh prakarsa dan
dapat bekerja sama untuk membangun sinergi. Artinya, manusia yang bisa hidup
layak di era persaingan global adalah mereka yang memiliki keunggulan dalam kompetensi
sehingga mampu tampil sebagai pemenang dalam kompetisi, mereka yang memiliki
kemampuan untuk menggali informasi yang dapat mendorong munculnya kreativitas
untuk melahirkan prakarsa-prakarsa baru, dan mereka yang memiliki kemampuan
membangun sinergi (sharing jobs and responsibility) untuk membentuk
sistem sosial-kultural yang kuat.
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang kemudian diubah
lagi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah solusi yang
dilakukan saat ini untuk menjawab
permasalahan di atas. Jika kita mencermati kenyataan yang ada saat ini terkait
dengan rendahnya mutu pendidikan di Indonesia dan tantangan persaingan ara
globalisasi, maka kita mungkin sependapat dengan hal ini. Namun, apabila kita
melihat kenyataan di lapangan (di sekolah-sekolah), secara umum guru sebagai
pelaksana dan unjung tombak penyelenggaraan pendidikan masih belum memahami
dengan baik tentang KBK dan KTSP. Kalaupun ada sebagian guru yang faham, ada
kesan mereka enggan untuk mengimplementasikannya dalam proses pembelajaran. Selain
itu, Ujian Nasional yang hingga saat ini masih dipertahankan karena berbagai
alasan, justru menjadi penghambat dalam implementasi KBK. Hal ini pula yang
mendorong saya untuk menulis buku ini.
Tulisan ini dikemas dan disajikan untuk mengupas khusus
tentang pembelajaran sains, yaitu pembelajaran sains menggunakan pendekatan yang
disesuaikan dengan hakikat sains, yaitu sains sebagai produk, proses, dan
pembentukan sikap ilmiah, baik secara teortis maupun latihan praktis. Namun
demikian, tidak berarti buku ini hanya dapat dibaca dan diterapkan oleh
guru/calon guru bidang studi sains atau para peminat pendidikan sains saja,
tetapi juga sangat bermanfaat untuk guru pada bidang studi lain karena
latihan-latihan praktis yang disajikan dalam buku ini diarahkan pada
pembentukan kompetensi yang bersifat transferable. Sajian dalam buku ini
lebih menekankan pada pengembangan keterampilan proses sains, karena menurut
hemat saya, keterampilan proses sains merupakan kompetensi dasar untuk
membentuk kompetensi peserta didik dalam melakukan penelitian ilmiah untuk
membangun ilmu pengetahuannya sendiri (produk sains), serta mengembangkan sikap
ilmiah dan keterampilan dalam memecahkan masalah.
0 komentar:
Posting Komentar