Banda Aceh, (Analisa). Prosesi pelantikan Bupati/Wakil Bupati Aceh Tengah definitif periode 2012-2017, Ir H.Nasaruddin-Khairul Asmara yang berlangsung di gedung Serba Guna Kantor Gubernur Aceh, Kamis (27/12) siang mendapat pengawalan ketat dari ratusan aparat kepolisian dibantu Satpol PP. Aparat dari Polresta Banda Aceh dan Polda Aceh terlihat berjaga-jaga di sekitar kompleks kantor gubernur hingga di lokasi pelantikan. Polisi yang diturunkan berjumlah 400-an orang itu, juga dilengkapi dengan peralatan yang biasa dipakai untuk menghadang demonstrasi.
Bahkan di depan kantor gubernur juga diparkir mobil penjinak bahan peledak (Jihandak). Saat memasuki gedung Serba Guna Kantor Gubernur, para undangan diharuskan melalui mesin metal detector yang telah disiapkan. Para wartawan dan para pejabat daerah turut diperiksa oleh petugas keamanan beberapa saat sebelum dimulainya pelantikan. Ketatnya pengawalan ini diperkirakan, tidak terlepas dari dinamika politik yang sedang terjadi di Aceh Tengah akhir-akhir ini, di mana ada pihak yang tidak sepakat dengan pelantikan tersebut ditandai terjadinya demo-demo penolakan.
Bahkan sebelumnya rumah bupati terpilih Nasaruddin sempat digranat oleh orang yang tak dikenal (OTK). Meski demikian, proses pelantikan berjalan lancar tanpa ada gangguan apapun. Sidang istimewa itu yang dihadiri para anggota DPRK Aceh Tengah tersebut, dipimpin Ketua DPRK Zulkarnen. Sedangkan pelantikan dan pengambilan sumpah Bupati/Wakil Bupati Aceh Tengah dilakukan oleh Gubernur Zaini Abdullah. Turut hadir unsur Muspida Aceh dan undangan lainnya.
Gubernur Zaini Abdullah berpesan kepada Bupati/Wakil Bupati yang telah dilantik segera melakukan rekonsiliasi di Aceh Tengah agar bisa segera terwujud kondisi daerah yang aman, tenteram dan kondusif untuk mendukung akselerasi pembangunan di Aceh Tengah. “Saya harap harus tampil pemimpin yang amanah, bijaksana dan bisa menjalankan kewajiban selama 5 tahun mendatang serta segera melakukan rekonsiliasi dengan berbagai elemen, terutama sembilan kandidat lain yang ikut dalam Pilkada lalu,” kata Zaini. Makna Penting Menurut gubernur, pentingnya iklim yang kondusif di Aceh Tengah dikarenakan kawasan tersebut memiliki makna penting dalam peradaban Aceh. Terutama dalam peran meningkatkan pengembangan ekonomi Aceh. “Aceh Tengah merupakan basis ekonomi dari sektor perkebunan yang sudah terkenal sejak zaman Belanda.
Seperti buah-buahan, sayur-mayur serta tanaman holtikultura lainnya. Jadi perlu ada sebuah kekompakan dalam memimpin Kabupaten Aceh Tengah agar pembangunan akan selaras dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Aceh,” jelasnya. Sejalan dengan itu, Nasaruddin dan Khairul Asmara diminta dalam enam bulan ke depan sudah menyiapkan RPJM yang fokus pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pembangunan iklim investasi yang baik. RPJM Aceh Tengah harus merujuk kepada RPJM Aceh. Selain itu, juga perlu dikembangkan citra positif organisasi pemerintah, sehingga masyarakat percaya dan berperan aktif membangun Aceh Tengah ke lebih maju dan mandiri.
Perkokoh jalinan kerja yang solid dan sinergis dalam mewujudkan prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik, seperti keterbukaan, bebas dari praktek korupsi, akuntabel dan tertib administrasi dalam segala hal. “Dalam mewujudkan sistem pemerintahan yang bersih dan transparan, saya mengimbau agar Bupati/Wakil Bupati segera melakukan reformasi birokrasi. “Bangun komunikasi efektif tapi tidak manipulatif dengan legislatif. Upayakan pembahasan dan pengesahan APBK tepat waktu sehingga pembangunan setiap tahun dapat dimulai lebih awal,” tandasnya.
Sarat Politis
Penggranatan rumah bupati terpilih Aceh Tengah, Nasaruddin pada Selasa (25/12) malam dinilai sarat bermuatan politis, mengingat ini merupakan kemenangan untuk kedua kalinya bagi Nasaruddin dalam kancah Pilkada di daerah berhawa dingin tersebut. Pengamat Politik dan Keamanan Aceh, Aryos Nivada mengungkapkan, penggranatan tersebut bentuk pesan dari pihak tertentu yang tak ikhlas Nasaruddin memimpin untuk kedua kalinya. Ini juga isyarat masa kepemimpinan Nasaruddin untuk kedua kalinya akan diganggu. “Pesan lainnya, pelaku ingin menyatakan masa kepemimpinan Nasaruddin akan diganggu, kecuali ia lihai membangun komunikasi politik dan mampu merangkul pihak-pihak yang tidak menerima kemenangan dirinya,” ujar Aryos dalam pernyataan tertulis yang diterima Analisa, Rabu (26/12) malam.
Dikatakan, kejadian itu membuktikan instabilitas politik di Aceh Tengah sangat kuat, bahkan mengarah pada gangguan keamanan berpotensi akan sering terjadi di kepemimpinan Nasaruddin. Ini bisa menjadi bagian dari skenario yang dilakoni oleh aktor politik untuk membuat pencitraan terhadap seseorang atau kelompok yang berkuasa.
“Penggranatan ini upaya memperkuat posisi tawar dari aktor politik yang berambisi meraih kekuasaan. Namun, bisa juga sebaliknya, pelaku ingin mengarahkan kepada kelompok tertentu agar dilabelkan sebagai pelaku penggranatan. Tujuannya ingin meraih simpati dan empati dari masyarakat serta ingin membangun opini masyarakat seolah-olah Aceh Tengah tidak aman,” ujarnya. Karena itu, alumni Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta ini meminta pihak kepolisian harus tegas dan berani mengungkapkan siapa dalang dari kasus itu. Jangan sampai institusi kepolisian, khusus Polres Aceh Tengah diintervensi dan takut secara psikologi kepada pelaku.
“Kalau tidak segera diselesaikan oleh pihak berwenang, maka akan menjadi langganan dan pelaku selalu menggunakan cara-cara kotor ini di setiap terjadi polemik politik di Aceh,” ungkapnya. (mhd/irn)/Sumber: Analisadaily.com
0 komentar:
Posting Komentar